Subliminal Messages_subminal_Personal Development Made Simple With Subliminal Messages

Subliminal MP3s Powerful Subliminal Messages

SELAMAT DATANG

TERIMA KASIH ATAS KUNJUNGANNYA KE SITUS KAMI, SEMOGA BERMANPAAT BAGI ANDA

Cari Blog Ini

Jumat, 10 Juni 2011

PENDIDIKANKU.COM: BUKU AJAR PEMAHAMAN INDIVIDU

PENDIDIKANKU.COM: BUKU AJAR PEMAHAMAN INDIVIDU

BUKU AJAR PEMAHAMAN INDIVIDU


BAB I PENDAHULUAN
A. Deskripsi

Materi pemahaman individu mencakup teknik tes dan non-tes.Meski mencakup teknik tes dan non-tes, tetapi dalam buku ini hanya disajikan teknik non tes, yang dalam perkuliahn 1 lazim dikenal dengan mata kuliah “Pemahaman individu 1”, sedang teknik tes lazimnya diberikan secara terpisah dalam kemasan materi “Pemahaman individu 2” Lingkup isi buku ajar ini adalah materi perkuliahan pemahaman individu 1, yang di dalamnya di bahas tentang (a) pengertian dan kegunaan pemahaman individu, (b) teknik observasi, (b) daftar cek, (c) sosiometri, (d) wawancara, dan (e) angket. Semua teknik diwali dengan penyajian secara teoretik, selanjutnya pembaca dipandu untuk berlatih mempersiapkan dan mempraktekkkan masing-masing teknik tersebut, untuk selanjutnyua penerapannya dalam bimbingan dan konseling,

B. Prasyarat

Mengingat aspek yang hendak dipahami utamanya berkaitan dengan gejala-gejala psikis seseorang dalam kerangka bimbingan dan konseling, maka prasyarat yang diperlukan sebelum mempelajari pemahaman individu – baik pemahaman individu 1 maupun 2 – adalah Psikologi dan Dasar-dasar Bimbingan dan Konseling. Kebutuhan
pengetahuan dasar psikologi ini mutlak, mengingat gejala yang difahami adalah gejala-gejala yang bersifat psikologis yang muncul dalam bentuk ucapan dan tingkah laku dalam kehidupan sehari-hari. Sedang kebutuhan akan pengetahuan dasar bimbingan dan konseling mengingat, bahwa hasil pemahaman terhadap individu (konseli)
adalah untuk kepentingan layanan bimbingan, bukan untuk kepentingan selainnya.
C. Petunjuk Belajar

Dalam mempelajari buku ajar ini, mahasiswa atau peserta pelatihan diseyogiakan menempuh langkah-langkah berikut :

1. Sebelum pelatihan dilaksankan seyoganya peserta pelatihan telah membaca terlebih dahulu materi latih, dan akan lebih bagus lagi jika ada partner yang bisa diajak berdiskusi dalam memahami isi buku ini. Hal-hal yang tidak bisa difahami melalui diskusi dengan teman sejawat seyogianya dicara penjelasannya melalui buku-buku yang relevan, dan jika masih belum terjawab bisa ditanyakan kepada dosen atau instruktur ketika acara pelatihan berlangsung.

2. Ikuti ceramah yang diberikan oleh dosen atau instruktur dengan cermat, dan lakukan pencatatan seperlunya terhadap hal-hal yang saudara pandang penting. Jika diberi kesempatan bertanya oleh dosen, manfaatkanlah untuk minta penjelasan hal-hal yang belum bisa saudara fahami dengan baik, dan jika saudara menemukan sumber yang berbeda tanyakan pula kepada dosen saudara dengan cara yang baik.

3. Pada akhir setiap bab yang membahas suatu teknik, disedikan pula tugas-tugas yang harus saudara lakukan untuk melakukan persiapan hingga melakukan tindakan praktek teknik tertentu. Meski sifatnya latihan, seyogianya saudara lakukan dengan sungguh-sungguh dan lakukan pencatatan dengan sebaik-baiknya sebagai laporan praktek.

4. Untuk mempraktekkan teknik-teknik yang disajikan dalam buku ini tidak terlalu sulit, sebab subyek yang bisa saudara gunakan praktek ada di sekitar saudara; subyek tu bisa jadi bahkan tetangga sebelah, teman duduk, teman kost, teman guru, atau murid di sekolah di mana saudara bertugas. Untuk itu praktekkanlah dan manfaatkan setiap kesempatan untuk berlatih memahami sifat-sifat atau karakteristik orang lain.

5. Untuk lebih mempertajam kaca pandang saudara, ada baiknya saudara suka membaca buku-buku yang berhubungan dengan kehidupan manusia.

D. Kompetensi dan Indikator

Salah satu kompetensi yang harus dimiliki konselor -- di samping menguasai konsep dan praksis pendidikan, kesadaran dan komitmen etika professional, menguasai konsep perilaku dan perkembangan individu, menguasai konsep dan praksis bimbingan dan konseling, mampu mengelola program bimbingan dan konseling, menguasai konsep dan perilaku riset dalam bimbingan dan konseling - - menguasai konsep dan praksis asesmen. Oleh sebab itu, indikator tercapainya tujuan pelatihan mata latih pemahman individu adalah jika peserta latih telah menunjukkan penguasaan minimal 80% dari konsep-konsep asesmmen, mampu merancang asesmen, dan melakukan asesmen dengan memanfaatkan teknik-teknik yang dilatihkan secara benar

BAB II PENGERTIAN DAN KEGUNAAN

Kegiatan Belajar 1

A. Kompetensi dan Indikator

Setelah mempelajari materi ini, diharapkan peserta memahami hakekat pemahaman individu dalam rangka bimbingan dan konseling. Sebagai indikator bahwa peserta telah memahami hakekat pemahaman individu mereka (a) mampu merumuskan pengertian pemahaman individu dengan kalimat sendiri, (b) memanfaatkan teknkteknik
pemahaman indvidu sesuai dengan jenis data yang hendak digali, dan (c) memanfaatkan teknik-teknik pemahaman individu dengan mempertimbangkan karakteristik subyek yang hendak difahami.

B. Uraian Materi

1. Pengertian

Pemahaman individu atau human assessment didefiniskan oleh Aiken (1997 : 454) sebagai ”Appraising the presence or magnitude of one or more personal characteristics. Assessing human behavior and mental processes includes such procedures as observations, interviews, rating scale, checklist, inventories, projectives techniques,
and tests” Dari rumusan Aiken di atas bisa difahami, bahwa pemahaman individu adalah suatu cara untuk memahami, menilai, atau menaksir karakteristik, potensi, dan atau masalah-masalah (gangguan) yang ada pada individu atau sekelompok individu. Caracara yang digunakan itu mencakup observasi, interview, skala psikologis, daftar cek, inventory, tes proyeksi, dan beberapa macam tes. Pemahaman atau penilaian itu dimaksudkan untuk kepentingan pemberian bantuan bagi pengembangan potensi yang ada padanya (developmental) dan atau penyelesaian masalah-masalah yang dihadapinya (klinis). Dalam melakukan asesmen itu, lazim digunakan berbagai instrumen yang bisa dikelompokkan menjadi dua, yaitu dengan cara tes dan non-tes. Aiken (1997 : 1) dalam bukunya menunjukkan bahwa manusia dalam kenyataannya berbeda-beda
dalam kemampuan berpikirnya, karakter kepribadiannya, dan tingkah lakunya. Semuanya itu bisa ditaksir atau diukur dengan bermacammacam cara.

2. Kegunaan

Aiken (1997 : 11) menunjukkan, tes psikologi dan bermacammacam alat ukur (assessment istruments) digunakan dalam bidang yang amat luas; seperti pendidikan, industri dan perdagangan, klinik psikologi, pelayanan konseling, pemerintahan, militer, dan penelitan. Anastasi (2006 : 3) menunjukkan bahwa secara tradisional, pengukuran psikologis berfungsi untuk mengukur perbedaanperbedaan antara individu atau perbedaan reaksi individu yang sama terhadap berbagai situasi yang berbeda. Dakui bahwa pendorong utama munculnya pengkuruan psikologi adalah kebutuhan akan penilaian dari dunia pendidikan. Tujuan utama pengukuran psikologis --baik dengan menggunakan tes maupun non-tes—menurut Aiken (1997 : 11) adalah untuk menilai tingkah laku, kecakapan mental, dan karakteristik kepribadian seseorang dalam rangka membantu mereka dalam membuat keputusan, peramalan, dan keputusan tentang seseorang. Sedang secara khusus tujuan pengukuran psikologi adalah :

a. Untuk menyaring pelamar pekerjaan, pendidikan, dan atau program pelatihan.
b. Untuk pengklasifikasian dan penempatan seseorang dalam pendidikan dan pekerjaan.
c. Untuk pemberian bantuan dan pengarahan bagi individu dalam pemilihan penddiikan, pekerjaan, konseling perorangan.
d. Untuk memilih karyawan mana yang perlu dihentikan (di-PHK), dipertahankan, atau dipromosikan melalui program pendidikan atau pelatihan atau tugas khusus.
e. Untuk meramalkan dan menentukan perlakuan (tritmen) psikis, fisik, klinis, dan rumah sakit
f. Untuk mengavaluasi perubahan kognitif, intrapersonal, dan interpersonal sebagai hasil dari pendidikan, terapi psikologis, dan berbagai program intervensi tingkah laku.
g. Untuk mendukung penelitian tentang perubahan tingkah laku dan meng-evaluasi efektifitas suatu program atau teknik yang baru.
h. Khususnya bagi konselor di Indonesia, kemampuan melakukan asesmen adalah salah satu dari tujuh kompetensi yang harus dimilik untuk kepentingan melakukan diagnosis dan pertimbangan dalam memberikan treatmen

C. Latihan

1. Lakukan pengamatan dan pencatatan dengan cermat terhadap sejumlah tumbuhan atau binatang. Apakah terdapat perbedaan karakter tumbuhan satu dengan lainnya? Apakah tersdapat pula perbedaan karakteristk binatang satu dengan lainnya? Atau bahkan apakah terdapat perbedaan karakter binatang meskipun dari jenis
yang sama? Apa keuntungan bagi pemelihara jika pemelihara itu memahami sifat-sifat setiap jenis tanaman atau binatangnya. Apa pula keuntungan bagi tanaman dan binatang bila pemilik atau pemeliharanya memahami sifat-sifat tanaman atau binatang itu dengan baik?

2. Lakukan pula pengamatan dan pencatatan secara cermat terhadap 10 orang yang ada di sekitar saudara. Apakah terdapat perbedaan sifat-sifat manusia yang satu dengan lainnya? Adakah sifat-sifat umum yang sama dari semua orang yang saudara observasi, persamaan apa yang saudara temukan? Apa keuntungan bagi guru
atau pimpinan suatu organisasi yang memahami sfat-sifat setiap pribadi yang dipimpinnya?

D. Lembar kegiatan

Untuk mendapatkan pemahaman yang mendalam pada bab ini seyogianya saudara mengikuti langkah-langkah berikut :
1. Pelajari bab II buku ajar ini baik-baik, siapkan pula alat tulis berupa spidol warna untuk menandai hal-hal yang penting.
2. Cermati beberapa istilah penting yang ada di dalamnya, jika perlu tanyakan kepada teman atau lihat kamus atau cari penjelasan di buku-buku psikologi.
3. Jika dengan cara itu masih belum saudara temukan penjelasannya, tanyakan kepada instruktur saudaradalam kegiatan pelatihan,
4. Berlatihlah merumuskan pengertian dan langkah-langkah itu dengan kalimat sendiri sejauh tidak menyimpang dari maksud kalmat dalam buku ajar ini.
5. Berlatihlah menggali data, jika saudara gagal dengan suatu cara, apa yang saudara lakukan untuk tetap memperoleh data yang saudara harapkan?
6. Lakukan pula percobaan menggali data pada anak-anak, remaja, dan orang dewasa. Apakah menggali data dengan subyek yang usianya berbeda, kemampuan berpikirnya berbeda, dan latar belakang pendidikan serta budayanya berbeda bisa dilakukan dengan teknik yang sama?

E. Rangkuman

1. Pemahaman individu adalah suatu cara untuk memahami, menilai, atau menaksir karakteristik, potensi, dan atau masalah-masalah (gangguan) yang ada pada individu atau sekelompok individu.Cara-cara yang digunakan itu mencakup observasi, interview, skala psikologis, daftar cek, inventory, tes proyeksi, dan beberapa macam tes


2. Ada beberapa manfaat pengetahuan dan keterampilan melakukan asesmen, yaitu (a) untuk pengklasifikasian dan penempatan seseorang dalam pendidikan dan pekerjaan, (b) untuk menyaring pelamar pekerjaan, pendidikan, dan atau program pelatihan, (c) untuk pemberian bantuan dan pengarahan bagi individu dalam pemilihan penddiikan, pekerjaan, konseling perorangan, (d).untuk memilih karyawan mana yang perlu dihentikan, dipertahankan, atau dipromosikan melalui program pendidikan atau pelatihan atau tugas khusus, (e) untuk meramalkan dan menentukan perlakuan (tritmen) psikis, fisik, klinis, dan rumah sakit , (f) untuk mengevluasi perubahan kognitif, intrapersonal, dan interpersonal sebagai hasil dari pendidikan, terapi psikologis dan berbagai program intervensi tingkah laku. (g) untuk mendukung penelitian tentang perubahan tingkah laku dan meng-evaluasi efektifitas suatu program atau teknik yang baru.

3. Khususnya bagi konselor, kemampuan asesmen merupakan salah satu kompetensi yang harus dimiliki konselor, ia adalah bagian penting dari kegiatan konseling. Dan jika ada konselor yang tidak memiliki kemampuan dalam bidang asesmen diibaratkan seperti pelayar yang tidak membawa kompas. Ia tentu akan tersesat, atau
sekurang-kurangnya membuang-buang energi untuk sampai ke tujuan. Dalam kaitannyadengan tugas konselor, bisa jadi bukan hanya membuang-buang tenaga, tetapi lebih dari itu bisa jadi justru berdampak negativ bagi individu yang dibimbing lantaran malpraktek.

F. Tes formatif

1. Tunjukkan semua alasan yang saudara ketahui, mengapa seorang konselor perlu memahami karakteristik individu yang dibimbingnya?
2. Tunjukkan pula semua alasan mengapa seseorang konselor perlu memahami dan terampil menggunakan bermacam-macam teknik?
3. Tuliskan semua manfaat memahami konselor bila ia terampil menggunakan bermacam-macam teknik asesmen !
4. Tuliskan pula bahayanya jika konselor tidak bisa memahami konseli yang dilayaninya !

BAB III O B S E R V A S I

Kegiatan Belajar 2

A. Kompetensi dan Indikator

Setelah mempelajari materi ini, diharapkan peserta mampu melakukan observasi dalam rangka bimbingan dan konseling dengan benar. Kemampuan melakukan observasi itu ditampilkan dalam (a) mampu memilih jenis teknik observasi yang tepat, (b) mampu merancang atau mempersiapkan observasi dengan benar, (c) mampu memanfaatkan alat-alat bantu observasi dengan benar, (d) mampu melaksanakan analisis hasil observasi dengan benar, dan (e) mampu memanfaatkan hasil observasi untuk kepentingan bimbingan dengan tepat.

B. Uraian Materi

Pembahasan tentang observasi mencakup tema-tema berikut :

1. Pengertian observasi

Secara garis besar terdapat dua rumusan tentang pengertian observasi, yaitu pengertian secara sempit dan luas. Dalam arti sempit, observasi berarti pengamatan secara langsung terhadap gejala yang diteliti, Dalam arti luas, observasi meliputi pengamatan yang dilakukan secara langsung maupun tidak langsung terhadap obyek yang sedang diteliti. Dalam rumusan di atas ada satu kata kunci yaitu ”pengamatan”. Dilihat dari segi psikologi, istilah ”pengamatan” tidak sama dengan melihat, sebab melihat hanya dengan menggunakan penglihatan (mata); sedang dalam istilah pengamatan terkandung makna bahwa dalam melakukan pemahaman terhadap subyek yang diamati
dilakukan dengan menggunakan pancaindra yaitu dengan penglihatan, pendengaran, penciuman, bahkan bila dipandang perlu dengan penggunakan pencecap dan peraba. Mengapa menggunakan pancaindra ? Apakah tidak cukup hanya dengan salah satu indra saja? Tidak semua gejala yang diamati bisa
dikenali dengan penglihatan saja, kadang ada gejala yang memang tidak bisa ditangkap oleh mata tetapi dengan hidung, telinga, lidah dan sebagainya. Di sisi lain, untuk meyakinkan hasil penglihatan kadang perlu dikuatkan dengan data dari penciuman, pendengaran , pencecap dan peraba. Untuk meyakinkan seorang guru bahwa murid yang sedang dilayaninya baru saja minum minuman keras, atau tidak, guru itu bisa melihat pada perubahan wajahnya dan atau sekaligus mencium bau alkohol yang keluar dari mulut peminum itu. Bahkan manakala observasi digunakan sebagai alat pengumpul data penelitian kualitatif, maka pengamatan yang dilakukan observer bukan hanya sebatas gejala yang nampak saja, tetapi lebih jauh harus mampu menembus latar belakang mengapa gejala itu terjadi. Di samping proses pengamatan, dalam melakukan observasi harus dilakukan dengan penuh perhatian (attention). Hal in berarti bahwa dalam kegiatan observasi bukan hanya proses fisik tetapi juga
proses psikis. Hal ini bisa dijelaskan bahwa ketika seseorang melakukan observasi, bukan hanya kegiatan melihat, mendengar, mencium saja yang berjalan; tetapi lebih dari itu adalah melihat, mendengar, dan mencium yang disertai dengan pemusatan perhatian, aktivitas, dan kesadaran terhadap obyek atau gejala-gejala tertentu yang sedang diobservasi. Anna Djamhana (1983 : 201) juga mengingatkan, bahwa observasi juga harus dilakukan secara sistematis dan bertujuan, artinya dalam melakukan observasi observer tidak bisa melakukan hanya secara tiba-tba dan tanpa perencanaan yang jelas. Dalam melakukan observasi harus jelas apa tujuannya, gejala-gejala apa saja yang perlu diamati, karakteristik masing-masing gejala, model pencatatannya, analisisnya, dan pelaporan hasilnya. Gall dkk (2003 : 254) memandang observasi sebagai salah satu metode pengumpulan data dengan cara mengamati perilaku dan lingkungan (sosial dan atau material) individu yang sedang diamati. Gibson, R.L. & Mitchell. M.H (1995 : 260) memandang observasi sebagai teknik yang bisa dimanfaatkan untuk memilah-milah derajat dalam membuat konklusi tentang orang lain, meskipun diakui bahwa penggunaan observasi juga perlu dilengkapi dengan metode lain dalam penilaian manusia.

2. Bentuk-bentuk Observasi

Ada beberapa bentuk observasi yang lazim dilakukan oleh konselor dan atau peneliti, yaitu :

a. Dilihat dari keterlibatan subyek terhadap obyek yang sedang diobservasi (observee), observasi bise dibedakan menjadi tiga bentuk, yaitu :
1) Observasi partisipan, yaitu bila pihak yang melakukan observasi (observer) turut serta atau berpartisipasi dalam kegiatan yang sedang dilakukan oleh subyek yang sedang diobservasi (observee). Observasi partisipan juga sering digunakan dalam penelitian eksploratif. Observasi partisipan ini memiliki kelebihan, yaitu observee bisa
jadi tidak mengetahui bahwa mereka sedang diobservasi, sehingga perilaku yang nampak diharapkan wajar atau tidak dibuat-buat. Di sisi lain, observasi partisipan mengandung kelemahan, utamnya berkaitan dengan kecermatan dalam melakukan pengamatan dan pencatatan, sebab ketika observer terlibat langsung dalam aktifitas yang sedangg dilakukan observee, sangat mungkin observer tidak bisa melakukan pengamatan dan pencatatan secara detail

2) Observasi non-partisipan, yaitu bila observer tidak terlibat secara langsung atau tidak berpartisipasi dalam aktivitas yang sedang dilakukan oleh observee. Observasi non-partisipan ini memiliki kelebihan, yaitu observer bisa melakukan pengamatan dan pencatatan secara detail dan cermat terhadap segala akitivitas yang dilakukan observee. Di sisi lain, bentuk ini juga memiliki kelemahan yaitu bila observee mengetahui bahwa mereka sedang diobservasi, maka perilkunya biasanya dibuat-buat atau tidak wajar. Akibatnya obsever tidak mendapatkan data yang asli.

3) Observasi kuasi-partisipan, yaitu bila observer terlibat pada sebagian kegiatan yang sedang dilakukan oleh observee, sementara pada sebagian kegiatan yang lain observer tidak melibatkan diri Bentuk ini merupakan jalan tengah untuk mengatasi kelemahan kedua bentuk observasi di atas, dan sekaligus memanfaatkan kelebihan dari kedua bentuk tersebut. Menurut penulis, persoalan utama tetap terletak pada tahu atau tidaknya observee bahwa mereka sedang diamati, jika mereka mengetahui bahwa mereka sedang diamati, maka sangat mungkin perilaku yang muncul masih ada kemungkinan tidak wajar.

b. Dilihat dari segi situasi lingkungan di mana subyek diobservasi, Gall dkk (2003 : 254) membedakan observasi menjadi dua, yaitu

1) observasi naturalistik (naturalistic observation) jika observasi itu dilakukan secara alamiah atau dalam kondisi apa adanya. Melihat pertandingan sepak bola, guru mengamati murid ketika sedang bermain di halaman sekolah, seorang peneliti mengamati perilaku binatang di hutan atau kebun binatang adalah contoh observasi naturalistik,

2) observasi eksperimental (experimental observation) jika observasi itu dilakukan terhadap subyek dalam suasana eksperimen atau kondisi yang diciptakan sebelumnya.
c. Khususnya bentuk observasi sistematis, Blocher (1987) mengelompokan ke dalam tiga bentuk dasar observasi, yaitu ;
1) observasi naturalistic, yatu ketika seseorang ingin mengobservasi subyek (observee) dalam kondisi alami atau
natural,
2) metode survey, yaitu ketika seseorang mensurvey (mengobservasi) contoh-contoh tertentu dari perilaku individu
yang ingin kita nilai.
3) experimentasi, yaitu ketika seseorang tidak hanya mengobservasi tetapi memaksakan kondisi-kondisi spesifik
terhadap subyek yang diobservasi.
d. Mendasarkan pada tujuan dan lapangannya, Hanna Djumhana (1983 : 205) mengelompokkan observasi menjadi berikut :
1) Finding observation yaitu kegiatan observasi untuk tujuan penjajagan. Dalam melakukan observasi ini observer belum mengetahui dengan jelas apa yang harus diobservasi, ia hanya mengetahui bahwa dia akan menghadapi suatu situasi saja. Selama berhadapan dengan situasi itu ia bersikap menjajagi saja, kemudian ia mengamati berbagai variabel yang mungkin dapat dijadikan bahan untuk menyusun observasi yang lebih terarah.
2) Direct observation yaitu observasi yang menggunakan “daftar isian” sebagai pedomannya. Daftar ini bisa berupa checklist kategori tingkah laku yang diobservasi. Pada umumnya pembuatan daftar isian ini didasarkan pada data yang diperoleh dari finding observation dan atau penjabaran dari konsep dalam
teori yang dipandang sudah mapan. Dalam situasi konseling, kedua bentuk observasi ini dapat diterapkan. finding observation diterapkan bila konselor merasa tidak perlu menggunakan berbagai daftar isian serta inginmendapatkan kesan mengenai tingkah laku konseli yang spontan atau apa adanya. Oleh sebab itu konselor seyogianya benar-benar kompeten dalam masalh ini. Dalam direct observation, konselor menyediakan sebuah daftar berupa penggolongan tingkah laku atau rating. Selama konseling berlangsung atau segera setelah konseling berakhir, konselor mengisi daftar tersebut dengan cara memberi tanda pada penggolongan tingkah laku yang sesuai dengan tingkah laku konseli selama proses konseling berlangsung. Cara ini lebih mudah dibanding cara finding observation, tetapi kelemahannya adalah sering terjadi tingkah laku yang lain dari pada yang digolongkan pada daftarnya, sehingga ada kecenderungan untuk menggolongkannya secara paksa atau mengabaikannya sama sekali.

3. Menyusun panduan observasi

Agar observasi bisa dilakukan dengan baik, maka perlu dilakukan perencanaan secara cermat dalam bentuk panduan observasi. Langkah-langkah yang perlu diperhatikan dalam menyusun panduan observasi bisa ditempuh langkah-langkah berikut :

a. Tetapkan tujuan observasi, dengan selalu memperhatikan tujuan observasi diharapkan observer akan lebih terfokus pada tujuan observasi dan sekaligus tidak mudah tertarik kepada gejala-gejala yang sebenarnya tidak ada kaitannya dengan tujuan observasi.
b. Pastikan dan fahami materi observasi, apa sebenarnya yang hendak diobservasi seyogianya sudah dikuasi dengan baik oleh observer. Ibarat seorang yang hendak membeli seekor kambing seyogianya ia sudah tahu persis gambaran kambing yang hendak dibeli, jangan sampai terjadi ingin membeli ”kambing” ternyata yang dibeli adalah ”anjing” meskipun sama-sama berbulu dan berkaki empat.
c. Gali variabel-variabel observasi; jika obyek atau materi observasi itu adalah ”kambing”, variabel-variabel itu adalah bagian-bagian penting yang pasti ada atau menjadi bagian penting dari binatang yang namanya ”kambing”; (misalnya kepala, badan, kaki, ekor, dan lain sebagainya). Jika benda yang hendak diobservasi itu adalah ”baju”, maka variabel yang perlu diperhatikan dalam observasi adalah potongan badan, lengan, krah, saku, model pakaian, corak pakian dan lain-lain.
d. Gali pula sub variabel; terkadang suatu obyek bukan hanya terdiri dari satu variabel saja, tetapi ia terdiri dari sub-sub variabel; ibarat salah satu variabel dalam obyek observasi adalah ”kepala kambing”, maka pada kepala kambing itupun ada mata, telinga, hidung, tanduk, dan bulu. Oleh sebab itu seorang observer yang baik tentu tidak cukup bila hanya mengobservasi salah satu sub-varabel kemudian hasilnya disimplukan seolah-oleh sudah seluruh variabel. Untuk menetapkan variabel dan sub variabel observasi bisa ditempuh melalui dua cara, yaitu (1) melakukan observasi penjajagan (finding observation) kemudian ia mengamati berbagai variabel yang mungkin dapat dijadikan bahan untuk menyusun panduan observasi yang lebih terarah, (2) penjabaran dari konsep dalam teori yang dipandang sudah mapan.
e. Tetapkan Indikator; indikator dimaknai sebagai ciri-ciri atau katrekteristik yang ada pada variabel atau sub-varibel. Dengan indikator yang jelas memungkinkan seorang peneliti mampu
menjabarkan variabel dan atau sub-variabel itu ke dalam panduan observasi, panduan wawancara, atau kuesioner
dengan baik. Untuk itu seorang peneliti seharusnya menguasai konsep tentang variabel yang diteliti itu secara baik. Langkah-langkah dalam menyusun panduan observasi (observasi guide) selanjutnya disajikan pada diagram berikut :

4. Alat-alat Bantu Observasi
Ada beberapa alat bantu yang bisa dimanfaatkan oleh observer dalam menggunakan metode observasi, yaitu (a) daftar riwayat kelakuan, (b) catatan berkala, (c) daftar cek, (d) skala penilaian, dan (e) alat-alat mekanik/ elektrik (seperti : tape recorder, handphone, handycam, camera CCTV). Beberapa alat bantu tersebut dijelaskan secara singkat di bawah ini. Daftar riwayat kelakuan adalah suatu catatan tentang kelakuan-kelakuan individu yang dipandang istimewa dan luar biasa. Catatan semacam ini sebenarnya bukan hanya dilakukan

LANGKAH-LANGKAH PENYUSUNAN PANDUAN OBSERVASI TETAPKAN TUJUAN OBSERVASI PASTIKAN & FAHAMI MATERI TETAPKAN INDIKATOR GALI VARIABEL & SUB-VARIBEL OBSERVASI PENJAJAGA N JABARKAN KONSEP PANDUAN O B S E R V A S I

2-18 Pemahaman Individu oleh konselor, tetapi bisa saja dilakukan oleh guru bidang studi, wali kelas, bahkan kepala sekolah. Untuk kepentingan pemberian layanan yang mendekati tepat, ada baiknya konselor (observer)
juga mau memanfaatkan catatan-catatan yang dibuat oleh teman sejawat perihal perilaku konseli. Catatan ini amat penting artinya manakala konselor harus melakukan diagnosis dalam proses konseling, sehingga terhindar dari salah-diagnosis Catatan berkala adalah catatan yang dibuat pada waktu tertentu saja (misal : pada saat individu mengikuti pelajaran, mengikuti upacara, kegiatan perkemahan, karya wisata, kunjungan ke suatu tempat dan lain sebagainya). Catatan ini bisa dibuat oleh konselor atau guru bidang studi atau wali kelas, yang kemudian
dikumpulkan untuk menggambarkan kesan-kesan umum tentang subyek yang diobservasi. Daftar cek adalah suatu daftar yang berisi nama subyek dan aspek-aspek (sub-variabel) yang hendak diobservasi. Pembuatan daftar cek ini dimaksudkan untuk membuat pencatatan hasil penelitian yang sistematis, dan observer hany memberi tanda cek pada aspek-aspek yang sedang diobservasi (selanjutnya periksa bab khusus Daftar Cek) Skala penilaian pencatatan gejala menurut tingkatantingkatannya. Suatu aspek (variabel/sub variabel) bukan hanya
dicatat ada atau tidak ada, tetapi lebih dari itu adalah kualitas atau tingkatannya.

5. Analisis hasil observasi : individual dan kelompok Observasi bisa dilakukan untuk perorangan maupun
kelompok, di bawah ini disajikan alat bantu observasi berupa daftar cek untuk perorangan dan kelompok yang hendak mengungkap bagaimana perhatian siswa siswa ketika mengikuti pelajaran di kelas:
Dari data di atas bisa difahami bahwa subyek yang diobservasi dalam semua indikator yang menggambarkan
seseorang yang memiliki perhatian yang baik ketika mengikuti pelajaran semuanya ada, kecuali kesiapan peralan yang diperlukan dan aktivitas bertanya. Bagi seorang konselor sekolah dua indicator yang tidak muncul, mungkin perlu dilacak lebih jauh, mungkin melalui teknik wawancara atau kunjungan rumah untuk melakukan observasi terhadap kehidupan keluarganya.

DAFTAR CEK INDIVIDUAL

Nama siswa : ………………….. Kelas : ………………
Observasi Ke : 1/2/3/4 (lingkari yg sesuai) Hari/tgl : ………………….
No Aspek Ya Tdk Keter
1 Hadir di sekolah tepat waktu V
2 Menyiapkan semua peralatan yang diperlukan V
3 Memperhatikan penjelasan guru V
4 Bila diberi kesempatan bertanya, ia selalu memanfaatkannya V
5 Bila diberi kesempatan untuk berdiskusi, ia aktif berdiskusi V
6 Aktif belajar di perlustakaan V
7 Bila diberi tugas rumah, ia mengerjakan dengan sungguh-sungguh V
8 Lain-lain - -

Keterangan :
Aspek nomor
1. Hadir di sekolah tepat waktu
2. Menyiapkan semua peralatan yang diperlukan
3. Memperhatikan penjelasan guru
4. Bila diberi kesempatan bertanya, ia selalu memanfaatkannya
5. Bila diberi kesempatan untuk berdiskusi, ia aktif berdiskusi
6. Aktif belajar di perlustakaan
7. Bila diberi tugas rumah, ia mengerjakan dengan sungguh-sungguh
8. Lain-lain

Untuk melakukan analisis terhadap data di atas dapat dilakukan dengan cara :
1. Membandingkan antar subyek dalam satu kelompok, akhirnya bisa diketahui subyek mana yang paling perhatian atau kurang perhatian dalam mengikuti pelajaran. Sehingga bisa diketahui subyek mana yang perlau mendapat perhatian berupa layanan bimbingan.
2. Membandingkan antar aspek sehingga bsa diketahui aspek mana yang sudah cukup dan paling kurang sehingga segera

DAFTAR CEK KELOMPOK
Observee Kls : …… Observasi ke : 1/2/3/4 Tgl/Bl/Th : ……………
Tujuan observasi : mengetahui bagaimana perhatian siswa ketika
mengikuti pelajaran tertentu
No Abs Kode Subyek A s p e k N o m o r 1 2 3 4 5 6 7 8
1 A v v v v v v v
2 B v - v v v - v
3 C - - v v v v v
4 D v v v v v v v
5 E v v v v v v -
6 F v v v v v v v
7 G v v v v v v v
8 H - - - - - - -
9 I - - - - - - -
10 J v v v v v v v


perlu dilacak oleh konselor, mengapa dalam aspek tersebut kurang maksimal
6. Hal-hal yang perlu mendapat perhatian dalam pelaksanaan observasi

a. Penggunakan metode pelengkap; perlu diingat bahwa perilaku manusia bukan sekedar apa yang bisa diamati, tetapi lebih dari itu adalah motiv-motiv yang mendorong munculnya tingkah laku tersebut, sebab bisa jadi perilaku yang muncul sama tetapi motiv yang mendasarinya berbeda. Oleh sebab itu untuk mendapatkan informasi yang lebih lengkap seyogianya penggunaan observasi dilengkapi pula dengan metode yang lain; seperti wawancara, studi dokumenter dan lain-lain.

b. Pengklasifikasian gejala; mengingat data yang diperoleh dari kegiatan observasi bisa sangat banyak dan beragam, seyogianya observer melakukan pengklasifikasian gejala guna memudahkan analisis. Pengklasifikasian itu akan lebih baik jika mendasarkan pada variabel dan atau sub-sub variabel penelitian.

c. Pemanfaatan alat pencatat data; ada beberapa alat pencatat data yang bisa dimanfaatkan observer, antara lain : catatan biasa, daftar cek, dan beberapa alat perekam data (selanjutnya baca : beberapa alat bantu observasi).

d. Menjaga hubungan baik dengan observi; sebelum dan selama pelaksanaan observasi seyogianya observer selalu menjaga hubungan baik dengan observi dan memelihara kewajaran situasi, sebab hubungan yang tidak baik antara observer dengan observi bisa mengganggu kegiatan observasi; seperti mogok, atau melakukan kegiatan tetapi dengan ogah-ogahan.

e. Libatkan beberapa orang observer; untuk menjaga obyektifitas hasil pengamatan, ada baiknya jika observasi dilakukan bukan hanya oleh satu orang saja, tetapi lebih dari satu orang kemudian hasilnya dibandingkan dan disimpulkan bersamasama

C. Latihan
Agar saudara bisa memahami dan mempraktekkan teknik observasi dengan baik, kerjakan tugas-tugas di bawah ini dengan sungguh-sungguh, dan jika dipandang perlu bisa dikerjakan bersama teman dalam kegiatan kelompok;

1. Buat pesiapan untuk melakukan observasi dengan keterangan :
a. Subyek yang diobservasi adalah siswa kelas III di sekolah saudara sendiri yang berjumlah 40 orang.
b. Tujuan observasi adalah untuk mengetahui apa yang dilakukan mereka dalam menghadapi ujian akhir nasional
(UAN)
c. Pastikan pula, jenis observasi mana yang hendak saudara pilih sesuai macam-macam observasi yang ada. Jenis manapun yang saudara pilih, saudara tetap harus membuat panduan observasi.
2. Buat pula panduan observasi sesuai tujuan observasi, tingkat usia siswa, dan lingkungan sosialnya.
3. Setelah data terkumpul, coba lakukan analisis individual mapun kelompok. Selanjutnya lanjutkan dengan rencana tindakan bimbingan sesuai data yang ada.

D. Lembar Kegiatan
Untuk mendapatkan pemahaman yang mendalam pada bab ini seyogianya saudara mengikuti langkah-langkah berikut :
1. Pelajari bab II buku ajar ini baik-baik, siapkan pula alat tulis berupa spidol warna untuk menandai hal-hal yang penting.
2. Cermati beberapa istilah penting yang ada di dalamnya, jika perlu
tanyakan kepada teman atau lihat kamus atau cari penjelasan di buku-buku psikologi.
3. Jika dengan cara itu masih belum saudara temukan penjelasannya, tanyakan kepada instruktur saudar adalam kegiatan pelatihan,
4. Berlatihlah menyusun panduan observasi yang benar dengan aspek yang berbeda-beda dan subyek yang berbeda.
5. Berlatihlah pula melakukan observasi dari lingkungan yang terdekat, bisa teman duduk, teman kantor, tetangga sebelah, atau siswa di sekolah di mana saudara bertugas. Tetapi ingat, jangan sekali melihat lengsung disimpulkan, sebab bisa jadi itu baru kulit luar yang belum menggambarkan kondisi yang sebenarnya.
6. Berlatihlah melakukan analisis, baik untuk kasus perorangan maupun kelompok, dan cobalah mengaplikasikannya dalam dunia bimbingan.
E. Rangkuman
1. Observasi adalah kegiatan mengenali observee dengan mengguna-kan pancaindra, observasi identik dengan kegiatan mengamati, tetapi tidak sama dengan melihat.
2. Ada bermacam-macam bentuk observasi, bisa dilihat dari keterlibat-an observer dalam kegiatan yang sedang dilakukan oleh observee, bentuk lingkungan, tujuan observasi, dan tingkatan keahlian yang diperlukan. Bentu manapun yang digunakan seyoyanya dilakukan dengan persiapan yang matang dalam bentuk panduan observasi.
3. Untuk menyusun panduan observasi, bisa dilakukan dengan dua cara yaitu (a) menjabarkan dari konsep yang sudah mapan, dan (b) memanfaatkan hasil observasi penjajagan.
4. Ada sejumlah kelemahan observasi, observer seyogianya memahami kelemahan-kelemahan tersebut dan berupaya untuk meminimalisir seperti menggunakan alat bantu observasi, melakukan pencatatan segera, dan melibatkan bebrapa orang observer, dan memanfaatkan metode pelengkap.

F. Tes Formatif
1. Tunjukkan semua alasan mengapa dalam melakukan observasi perlu menggunakan panca indra?
2. Ada beberapa macam observasi dilihat dari berbagai sisi, bentuk observasi mana yang lebih banyak digunakan dalam layanan bimbingan?
3. Apa yang seyogianya dilakukan observer untuk mengatasi kelemahan observasi berkaitan dengan subyektivitas dalam pengamatan?
4. Apa yang seyogianya dilakukan observer ketika hendak menyusun panduan observasi ternyata tidak ditemukan konsep teoretik yang layak dijadikan rujukan?

BAB IV DAFTAR CEK MASALAH

Kegiatan belajar 3

A. Kompetensi dan Indikator

Setelah mempelajari bab ini diharapkan peserta bisa memanfaatkan daftar cek sebagai salah satu teknik untuk memahami konseli yang hendak dibmbingnya. Sebagai indikator peserta telah mampu memanfaatkan daftar cek ditunjukkan dalam (a) menyusun daftar cek sesuai tujuan dan subyek yang difahami, (b) mampu melaksanakan asesmen dengan menggunakan daftar cek, (c) mampu melakukan analisis terhadap data hasil daftar cek, dan (d) mampu memanfaatkan data dari daftar cek untuk kepentingan bimbingan.

B. Uraian materi
1. Pengertian Daftar Cek Masalah (DCM) Daftar cek masalah (DCM) adalah sebuah daftar kemungkinan masalah yang disusun untuk merangsang atau memancing pengutaraan masalah yang pernah atau sedang dialami seseorang.
2. Alasan Penggunaan DCM Terdapat beberapa pertimbangan dalam penggunaan Daftar Cek Masalah,yaitu :
a. Efisiensi
DCM dikatakan efisien, karena dengan DCM dapat diperoleh banyak data tentang masalah dan kebutuhan siswa dalam waktu singkat.
b. Intensif
Dikatakan intensif, karena data problem yang diperoleh melalui DCM lebih teliti, mendalam dan luas.
Data semacam ini kurang dapat diperoleh melalui teknik lain seperti observasi, autobiografi, wawancara dan sebagainya.
c. Validitas dan reliabilitas.
Dikatakan valid dan reliabel, antara lain karena individu yang bersangkutan mengecek sendiri masalah yang sedang ia alami, disamping jumlah item kemungkinan masalah yang cukup banyak.

3. Fungsi dan kegunaan DCM

a. Fungsi Daftar Cek Masalah

1. Untuk memudahkan individu mengemukakan masalah yang pernah dan sedang dihadapi. Dengan daftar cek masalah memungkinkan individu mengingat kembali masalahmasalah yang pernah dialaminya.
2. Untuk sistematisasi jenis masalah yang ada pada individu agar memudahkan analisis dan sintesis dengan data yang diperoleh dengan cara/alat lain.
3. Untuk menyarankan suatu preoritas program pelayanan Bimbingan dan Konseling sesuai dengan masalah individu maupun kelompok saat itu.
b. Kegunaan DCM
Ada beberapa manfaat yang bisa diperoleh dengan menggunakan DCM yaitu :
1. Untuk melengkapi data yang sudah ada.
2. Untuk mengenal individu yang perlu segera mendapat bimbingan khusus.
3. Sebagai pedoman penyusunan program bimbingan kelompok pada umumnya.
4. Untuk mendalami masalah individu maupun kelompok.

4. Isi Daftar Cek Masalah

Daftar Cek Masalah berisi:

a. Ruangan tempat identitas siswa yang mengerjakan DCM.
b. Topik.
c. Instruksi atau petunjuk cara mengerakan.
d. Topik-topik masalah dan butir-butirnya. Topik ini berdasarkan pengolahan tertentu tentang masalah.
5. Petunjuk Pengadministrasian DCM Agar hasil penelitian ini valid dan reliable perlu diberikan petunjuk pelaksanaan dan cara mengerjakan DCM. Petunjuk yangharus diperhatikan itu meliputi petunjuk bagi instructor dan petunjuk bagi siswa.

a. Petunjuk bagi instruktor
Kecakapan melaksanakan DCM ini mencakup: (1) Persiapan, yakni sebelum melaksanakan, dan (2) Pelaksanaan, yakni menjelang dan pada waktu mengerjakan. Kedua kecakapan
tersebut dirinci lebih jauh berikut :
1. Hal-hal penting dalam persiapan adalah:
a. Menyiapkan bahan sesuai dengan jumlah siswa.
b. Menguasai benar, petunjuk cara mengerjakan DCM.
2. Hal-hal penting yang perlu diperhatikan dalam pelaksanaan
meliputi berbagai kegiatan, antara lain:
a. Mengontrol situasi ruangan, siswa harus duduk tenang, menghindari suara yang mengganggu, menyingkirkan
benda-benda yang tidak perlu agar tidak mengganggu pelaksanaan.

b. Menerangkan maksud konselor menggunakan DCM itu, untuk menimbulkan kepercayaan, dan motivasi pada
siswa.
c. Menyuruh siswa mempersiapkan alat tulis.
d. Membagikan lembar DCM.
e. Menginstruksikan kepada siswa untuk menulis identitas
dan tanggal pelaksanaan DCM.
f. Membacakan petunjuk cara mengerjakan DCM, sementara para siswa memperhatikan sambil membaca
petunjuk tersebut dalam hati.
g. Memberi contoh (misalnya dengan menulis di papan tulis)
cara mengerjakan DCM.
h. Memberi perintah mengerjakan DCM, memperingatkan agar para siswa mengerjakan dengan tenang dan teliti
dan memberitahukan bahwa waktu yang disediakan cukup lama.
i. Mengontrol apakah para siswa telah mengerjakan DCM dengan benar.
j. Mengumpulkan pekerjaan siswa.
b. Petunjuk bagi siswa

Beberapa hal penting yang harus diperhatikan oleh siswa, yaitu:
1. Siswa harus mempunyai minat dan kemauan untuk mengutarakan masalah yang sebenarnya.
2. Siswa harus menyadari bahwa jika ia mengerjakan secara asal-asalan ataupun tidak serius, hanya akan merugikan dirinya sendiri.
3. Siswa harus menulis identitasnya sendiri.
4. Siswa harus mematuhi bagaimana cara mengerjakan DCM.

6. Analisis DCM
Setelah semua pekerjaan siswa dikumpulkan, tugas konselor
selanjutnya adalah menganalisis pekerjaan itu. Analisis ini meliputi
analisis individual dan analisis kelompok.
a. Analisis Individual
Langkah-langkah yang harus ditempuh dalam menganalisis individual (per siswa) ini adalah:
1. Menjumlahkan butir (item) yang menjadi masalah individu pada tiap-tiap topik masalah.
2. Mencari presentasi per topik masalah, dengan cara mencari rasio antara jumlah butir yang menjadi masalah (butir masalah yang dicek) dengan jumlah butir topic masalah. Atau n nm x 100 %
Dengan keterangan:
nm = jumlah butir yang menjadi masalah pada satu topik
masalah.
n = jumlah butir pada topik masalah itu.
3. Mencari jenjang (ranking) masalah, dengan cara
mengurutkan % topic masalah mulai dari yang terbesar
sampai yang terkecil.
4. Mengkonversikan % masalah ke dalam stan-ten scale dan
predikat nilai A, B, C, D dan E. Konversi harga itu, sebagai
berikut:
0 % = 10 = A (baik)
1 % - 10 % = 8 = B (cukup baik)
11 % - 25 % = 6 = C (cukup)
26 % - 50% = 4 = D (kurang)
51 % - 100 % = 2 = E (kurang sekali)
2-30 Pemahaman Individu
Contoh:
Abas mencek 6 butir masalah keluarga, sedangkan
jumlah semua topik keluarga ialah 30, maka persentase
masalah keluarga Abas adalah:
n
nm x 100% =
30
6 x 100% = 20 %
Jadi predikat hubungan keluarga Abas adalah: C (cukup)
b. Analisis Kelompok
Langkah-langkah menganalisa secara kelompok meliputi analisis per butir dan analisis per topik masalah. Kedua analisis tersebut dijelaskan berikut :
1) Analisis per butir masalah
Analisis ini bertujuan untuk mengetahui butir masalah apa yang pada umumnya dhadapi oleh siswa. Langkah-langkah menganalisis adalah sebagai berikut:
a) Menjumlahkan banyaknya siswa yang mempunyai butir masalah yang sama untuk tiap butir.
b) Mencari % masalah dengan cara mencari rasio antara banyak siswa yang bermasalah untuk butir tertentu dengan jumlah siswa, Apabila dinyatakan dalam rumus, ialah:
m
mm x 100%
Dengan keterangan
mm = banyak siswa yang bermasalah untuk butir tertentu.
m = banyak siswa yang mengerjakan DCM

Contoh:
30 orang siswa bermasalah untuk butir nomor 65, siswa yang
ikut mengerjakan DCM adalah 120 orang.
m
mm x 100 % =
120
30 x 100 % = 25 %
Maka predikat permasalahan butir ini bagi para siswa adalah C
(cukup)
2) Analisis per topik masalah Analisa ini bertujuan untuk mengetahui topic masalah apa yang pada umumnya dihadapi oleh siswa. Langkah-langkah dalam menganalisis adalah sebagai berikut:
a) Harus diketahui, jumlah siswa yang ikut mengerjakan DCM.
b) Harus diketahui jumlah butir yang menjadi masalah siswa.
c) Harus diketahui jumlah siswa yang mempunyai masalah.
d) Persentase adalah rasio antara jumlah butir masalah kali jumlah siswa yang bermasalah dengan jumlah butir
dalam topik masalah, kali jumlah peserta. Atau dengan rumus:
NxM
NmxMn x 100%
Dengan keterangan:
Nm = jumlah butir masalah
Mn = jumlah siswa yang mempunyai masalah
N = jumlah butir dalam topik masalah
M = jumlah siswa (peserta)

3) Masalah individual
Dari penjumlahan tiap butir masalah, sering kita jumpai masalah yang hanya dialami oleh 1 orang. Individu ini
dicatatat sebagai individu yang mempunyai masalah khusus.
7. Pemindahan hasil analisis data DCM ke dalam daftar pribadisiswa Hasil analisis DCM merupakan data pelengkap daftar pribadi siswa. Hampir semua aspek kepribadian dalam daftar pribadi dapat dilengkapi dengan data DCM. Caranya, sebagai berikut:
a. Teliti lebih dahulu butir-butir aspek kepribadian dalam daftar
pribadi yang relevan dengan topik masalah dalam DCM.
b. Memasukkan predikat masalah (A, B, C, D atau E) ke dalam
lajur kolom yang sesuai.
8. Penggunaan hasil analisis DCM dalam penyusunan program
BK
Hasil analisis DCM dilengkapi dengan data yang diperoleh dengan teknik-teknik lain, dapat dipergunakan untuk merencanakan program BK, baik program individual maupu program kelompok. Penyusunan program BK ini adalah dalam rangka:
a. Memprioritaskan masalah yang harus segera ditangani.
b. Mendalami masalah individual maupun masalah kelompok.
c. Efisiensi pelayanan, yaitu pencegahan, pengembangan dan penyembuhan sebelum masalah-masalah itu menjadi akut.
9. Penyajian Hasil Analisis DCM
Hasil analisis DCM perlu disajikan untuk dimasukkan dalam cumulative record agar sewaktu-waktu diperlukan dapat
dengan mudah ditemukan dan dapat dipergunakan dengan mudah. Penyajian ini baik secara individual maupun kelompok.
a. Penyajian individual
No. Masalah
STATUS
- - - 0 + ++
1.
2.
3.
4.
Hubungan keluarga
Pekerjaan
Hubungan dengan teman
Kepribadian
E
E
E
E
D
D
D
D
C
C
C
C
B
B
B
B
A
A
A
A
b. Penyajian kelompok : Masalah yang dihadapi siswa
0
10
20
30
40
50
60
70
80
90
1a 1b 1c 1d
Pribadi
Keluarga
Sosial

C. Latihan

Susunlah daftar cek dengan keterangan sebagai berikut :
1. Tujuan penyusunan daftar cek adalah untuk mengetahui bagaimana tingkat pemenuhan kebutuhan siswa. Subyek yang hendak diteliti adalah siswa SMTP kelas 1
2. Lakukan analisis individual, kebutuhan mana yang paling menonjol belum terpenuhi, dan kebutuhan mana yang khas pada siswa tertentu sehingga jelas kebutuhan mana yang perlu segera mendapat preoritas dalam program bimbingan di sekolah

D. Lembar Kegiatan

1. Sebarkan daftar cek yang telah saudara susun kepada sekurangkurangnya 30 orang siswa.
2. Lakukan analisis individual dan kelompok, kemudian laporkan puladalam bentuk sajian individual dan kelompok

E. Rangkuman

Daftar cek yang sangat bermanfaat bagi konselor utamanya dalam menggali informasi tentang masalah-masalah yang terkadang sudah terlupakan oleh individu. Daftar cek digunakan lantara efisien dan intensif bagi pengungkapan masalah-masalah yang dialami individu. DCM sangat berguna untuk melengkapi data, mendalami masalah individu maupun kelompok. Analisis DCM bisa dilakukan secara individual maupun kelompok

F. Tes Formatif

1. Tuliskan pengertian daftar cek masalah dengan kalimat saudara sendiri
2. Jelaskan untuk apa biasanya daftar cek digunakan dalam kegiatan bimbingan dan konseling
3. Jelaskan kelebihan penggunaan daftar cek dibanding dengan interview
4. Tunjukkan alas an saudara, mengapa dalam analisis daftar cek bukan sekedar melihat kuantitas masalah yang dihadapi siswa, tetapi perlu memahami intensitas masalah

BAB V TEKNIK SOSIOMETRI

Kegiatan Belajar 4

A. Kompetensi Dan Indikator

Setelah mempelajari bab ini diharapkan peserta bisa memanfaatkan teknik sosiometri sebagai salah satu teknik untuk memahami konseli yang hendak dibimbingnya. Sebagai indikator peserta telah mampu memanfaatkan teknik sosiometri dengan baik ditunjukkan dalam (a) menyusun sisiometri sesuai tujuan dan subyek yang difahami, (b) mampu melaksanakan asesmen dengan menggunakan sosiometri, (c) mampu melakukan analisis terhadap data hasilsosiometri, dan (d) mampu memanfaatkan data darisosiometri untuk kepentingan bimbingan.

B. Uraian Materi

1. Sekilas tentang Sosiometri Metode ini dikemukakan oleh Moreno, bertujuan untuk meneliti saling hubungan antara anggota kelompokdi dalam suatu kelompok. Dengan kata lain, sosiometri banyak digunakan untuk mengumpulkan data tentang dinamika kelompok. Sosiometri juga dapat digunakan untuk mengetahui popularitas seseorang dalam kelompoknya, menyelidiki kesukaran seseorang terhadap teman sekelompoknya, baik dalam pekerjaan, sekolah maupun teman bermain, menyelidiki ketidaksukaan terhadap teman sekelompoknya.
Sebagai contoh, apabila kita ingin mengetahui mengapa beberapa murid mengalami kesulitan dalam pelajarannya, sedangkan secara akademik mereka pandai, hal ini mungkin dapat disebabkan oleh kurangnya penyesuaian diri terhadap teman sekelasnya. Keadaan semacam ini dapat diketahui dengan menggunakan sosiometri.

2. Angket Sosiometri

Alat untuk mendapatkan materi sosiometri dengan menggunakan beberapa pertanyaan yang berisi mengenai siapa yang disenangi (diplih) dan siapa yang tidak disenangi (ditolak) dari anggota kelompoknya. Daftar pertanyaan yang dipergunakan untuk mendapatkan materi sosiometri dinamakan angket sosiometri. Adapun
jawaban yang diberikan oleh responden tentang siapa yang disenangi ataupun siapa yang tidak disenangi tersebut dapat terdiri dari satu, dua, tiga orang atau lebih.

3. Menggambarkan Hasil Angket Sosiometri

Data mental yang dikumpulkan dengan angket sosiometri, apabila belum disusun akan merupakan data yang masih sukar untuk dianalisa dan diketahui (dibaca). Agar data tersebut mudah dibaca siapa yang paling popular (paling disenangi) dan siapa yang paling tidak disenangi maka data tersebut harus berupa harus disajikan dalam bentuk tabel. Tabel dari data sosiometri disebut matrik sosiometri. Perlu diingat bahwa penyajian data angket sosiometri dalam bentuk matrik ini tidak dapat dilihat mengenai “saling hubungan” antara anggota kelompok, anak kelompok dan lain-lain. Oleh karena itu, dari bentuk matrik ini dapat dibuat bentuk penyajian sosiometri yang lebih baik, yaitu dengan membuat sosiogram. Dengan melihat sosiogram akan dapat diketahui dengan mudah mengenai:
a. Status sosiometri dari setiap subyek.
1) Status pemilihan.
2) Status penolakan.
3) Status pemilihan dan penolakan
b. Besarnya jumlah pemilih untuk setiap subyek.
c. Arah pilihan dari dan terhadap individu tertentu.
d. Kualitas arah pilihan.
e. Intensitas pilihan.
f. Ada dan tidaknya pusat pilihan.
g. Ada tidaknya isolasi.
h. Kecenderungan terbentuknya anak kelompok. Untuk lebih memperjelas uraian tersebut di atas, dapat dilihat
contoh pembuatan matrik sosiometri dan sosiogram di bawah ini. Misalnya: Kelompok yang terdiri dari enam orang. Dengan menggunakan angket sosiometri untuk memilih dua orang yang paling disenangi dari kelompoknya.
Hasil angket sebagai berikut:
Angket dari A memilih B dan C
B memilih A dan C
C memilih E dan A
D memilih A dan B
E memilih A dan D
F memilih B dan A.
Hasil angket dari enam orang saja, apabila disajikan dalam bentuk seperti di atas membuat kita kesulitan dalam membaca dan menentukan siapa yang terbanyak pemilihnya, siapa yang paling tidak popular, siapa yang terisolir, dan lain-lain. Akan sangat berbeda, bila data tersebut kita sajikan dalam bentuk matrik seperti di bawah ini:
Subyek

PEMILIH
Total
A B C D E F
DIPILIH
A
B
C
D
E
F
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
5
3
2
1
1
0

Total 2 2 2 2 2 2 12

Dengan matrik sosiometri ini, secara mudah dan cepat dapat diketahui jumlah pemilih untuk setiap orang, siapa yang paling populer dan yang tidak populer, akan tetapi masih sulit pula untuk mengetahui individu yang saling memilih, siapa saja yang menjadi anak kelompok dan lainlain. Maka akan lebih baik jika disajikan dalam bentuk sosiogram, seperti digambarkan di bawah ini:
A
5-
4-
B
3-
2- C
D
1- E
F
0-
Keterangan:
0,1,2,3,4,5 frekuensi pemilih.
A,B, C, D, E, subyek terpilih.
Cara membuat:
1. Buat sumbu ordinat dan dibuat skala yang mencakup frekuensi
pemilih yang terbanyak.
2. Letakkan masing-masing individu setinggi frekuensi pemilih
yang diperoleh. Misalnya A pemilihnya 5 orang, A diletakkan
pada garis yang setinggi frekuensi 5.
3. Buat garis pilihan yang ditandai dengan tanda panah, misalnya:
A B berarti A memilih B
A B berarti A dan B saling memilih
( A memilih B dan B Juga memilih A)
A B berarti A menolak B
A B berarti A menolak B dan B juga menolak A
Pemahaman Individu 2-39
A B berarti A memilih B dan B menolak A.
Bentuk hubungan
Bentuk hubungan antar individu dalam suatu kelompok
dapat bermacam-macam:
1. Berbentuk segitiga (Triangle)
Hubungan yang mempunyai intensitas yang
cukup
kuat
2. Berbentuk bintang (Star)
A
Bila pusat (A) tidak ada, maka kelompok akan bubar, karena hubungan kurang menyeluruh
3. Berbentuk jala (Net) Hubungan ini juga mempunyai intensitas cukup kuat. Hubungan cukup menyeluruh, baik, kuat dan hilangnya seseorang tidak akan membuat kelompoknya bubar.
4. A B C D (berbentuk rantai/ Chain) Hubungan searah atau sepihak tidak menyeluruh, kelompok
yang demikian ini keadaannya rapuh. 2-40 Pemahaman Individu
Selain mengetahui bentuk kelompok, intensitas kelompok, ada tidaknya anak kelompok, arah hubungan dan lain-lain, maka hasil sosiometri ini juga dapat dianalisis lebih lanjut, antara lain:
1. Status Pemilih
Pm A = jumlah pemilih A
N -1
N = jumlah anggota kelompok
Pm A = indek status pemilih A
Arti indeks:
Pm = 0 berarti tidak ada yang memilih
Pm = 1 berarti semua anggota kelompok memilih
Indeks pemilih bergerak dari 0 – 1
2. Status Penolak
Pn A = jumlah penolak A
N -1
Pn A = indeks status penolak A
N = jumlah anggota kelompok
Arti indeks:
Pn = 0 berarti tidak ada yang menolak.
Pn = - 1 berarti semua orang menolak
Indeks penolakan bergerak dari – 1 sampai 0
3. Status Pemilihan dan Penolakan
PmPn A = jumlah pemilih A – jumlah penolak A
N – 1
Pm Pn A = indeks pemilihan dan penolakan A
N = jumlah anggota kelompok
Pemahaman Individu 2-41
PmPn A = - 1 berarti semua orang menolak A
Pm Pn A = + 1 berarti semua orang memilih A (populer)
Indeks pemilihan dan penolakan bergerak dari -1 sampai +1.

C. Latihan

Buatlah kelompok belajar dari satu kelas dengan memanfaatkan teknik sosiometri, upayakan setiap kelompok belajar terdiri dari lima orang dengan tetap memperhatikan komposisi jenis kelamin laki-laki dan perempuan, serta memperhatkan arah pilih siswa

D. Lembar Kegiatan

Sebarkan angket sosiometri pada siswa kelas akhir di mana saudara bertugas, selanjutnya carilah siswa yang menunjukkan gejala terasing kemudian rencanakan program bimbingan individual untuknya

E. Rangkuman

Sosiometri banyak digunakan untuk mengumpulkan data tentang dinamika kelompok dan mengetahui popularitas seseorang dalam kelompoknya, serta menyelidiki kesukaran seseorang terhadapteman sekelompoknya, baik dalam pekerjaan, sekolah maupun teman bermain. Daftar pertanyaan yang dipergunakan untuk mendapatkan
materi sosiometri dinamakan angket sosiometri. Hasil angket sosiometri dapat dibuat dalam bentuk penyajian yang lebih baik yaitu dengan membuat sosiogram.

F. Tes Formatif

1. Buatlah rumusan dengan kalimat saudara sendiri, apa yang dimaksud dengan sosiometri
2. Jelaskan apa kegunaan sosiometri dalam bimbingan dan konseling
3. Jelaskan dari mana saudara bisa mengetahui bahwa seorang siswa
terasing di kelasnya jika saudar melihat data sosiogram.

BAB V INTERVIU

Kegiatan Belajar 5

A. Kompetensi dan Indikator

Setelah mempelajaribab ini, diharapkan peserta pelatihan mampu melaksanakan interview dengan benar dalam rangka pelaksanaan bimbingan dan konseling di sekolah. Kemampuan melakukan interviu ditampilkan dalam (a) mampu merumuskan tujuan interviu (b) mampu menyusun panduan interviu (c) mampu melaksanakan interviu (d)
mampu memanfaatkan hasil interviu untuk kepentingan layanan bimbingan dan konseling.

B. Uraian Materi

1. Pengertian Interviu
Interviu/wawancara adalah teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara mengajukan pertanyaan baik secara langsung atau tidak langsung kepada seseorang. Dalam wawancara pertanyaan yang diajukan kepada seseorang dilakukan secara lisan. Aspek-aspek dalam interviu meliputi: (1) pertemuan tatap muka, (2) cara yang digunakan adalah cara lisan, (3) pertemuan tatap muka itu mempunyai tujuan tertentu.

2. Macam-macam Interviu
Dalam interviu terdapat bermacam-macam jenis sesuai dengan tujuan ataupun sifat-sifat lain yang ada dalam interviu. Dilihat dari apa yang ingin dituju interviu dibedakan:
a. The employment interview, yaitu interviu yang dilaksanakan dengan suatu maksud yang berhubungan dengan employment. Pada umumnya interviu ini ditujukan untuk mendapatkan gambaran sampai di mana sifat-sifat yang dipunyai oleh seseoramng terhadap kriteria yang diminta oleh sesuatu employment.
b. Informational interview, yaitu interviu yang ditujukan untuk mendapatkan informasi yang dibutuhkan.
c. Administrative interview, yaitu interviu yang dijalankan untuk keperluan administrasi, misal untuk kesejahteraan organisasi, untuk mendapatkan perubahan dalam perilaku.
d. Counseling interview, yaitu interviu yang dilaksanakan untuk keperluan konseling. Dilihat dari jumlah orang yang diinterviu, dapat dibedakan:
a. Interviu individual, yaitu interviu yang dilaksanakan secara perorangan.
b. Interviu kelompok, yaitu interviu yang dilaksanakan secar kelompok. Dalam interviu ini seorang interviewer/ pewawancara menghadapi beberapa orang interviewe/ orang yang diwawancarai. Dilihat dari peran yang dimainkan, interviu dapat dibedakan:
a. The non-directive interview, dalam interviu ini interviui diberi kesempatan seluas-luasnya untuk menyampaikan hal-hal yang terkait dengan permasalahan yang sedang dihadapinya. Interviu ini biasanya digunakan dalam proses konseling.
b. The focused interview, yaitu interviu yang ditujukan pada orangorang tertentu yang mempunyai hubungan dengan obyek-obyek yang diselidiki.
c. The repeated interview, yaitu interviu yang berulang. Interviu ini terutama digunakan untuk mencoba mengikuti perkembangan tertentu terutama proses sosial.

3. Bagian-bagian Interviu

Di dalam interviu terdapat bagian-bagian tertentu yang terdapat dalam semua interviu, yang dapat dibedakan:

a. Pendahuluan interviu, pada bagian ini terutama ditujukan untuk membina hubungan baik (terutama dalam pertemuan pertama), antara interviuer dengan interviui. Pada pertemuan ini biasanya diisi dengan maksud dan tujuan interviu. Kalau hubungan baik telah terjalain dan timbul perasaan saling percaya dan saling menghargai, maka akan memperlancar proses interviu selanjutnya.

b. Inti interviu, bagian ini merupakan bagian untuk mengungkap maksud dan tujuan interviu yang harus dicapai. Apabila tujuanminterviu ingin mengungkap latar belakang keluarga, maka pada bagian ini tujuan tersebut harus tercapai.

c. Akhir interviu, yaitu bagian untuk mengakhiri jalannya interviu. Interviu dapat ditutup dengan menyimpulkan apa yang telah diungkap dalam interviu (misal, interviu konseling: ditutup dengan menentukan evaluasi treatment, tindak lanjut, dan pertemuan berikutnya.

4. Kebaikan dan kelemahan Interviu

Di samping memiliki kekurangan, metode interviu ini juga memiliki kelebihan antara lain:
a. Dengan interviu pertanyaan-pertanyaan yang kurang jelas dapat diperjelas oleh interviuer, sehingga interviui lebih mengerti tentang apa yang dimaksudkan.
b. Bahasa yang digunakan interviuer dapat disesuaikan dengan keadaan interviue.
c. Adanya hubungan langsung (face to face), diharapkan dapat menimbulkan suasana persaudaraan yang baik, sehingga akan mempunyai pengaruh yang baik juga terhadap hasil interviu.


Dari sisi lain, hal-hal yang kurang menguntungkan dari interviu adalah:
a. Interviu kurang hemat, dalam hal waktu, tenaga dan biaya.
b. Interviu membutuhkan keahlian, apalagi yang terkait dengan pelaksanaan konseling, yang memerlukan keahlian khusus.
c. Apabila interviuer telah mempunyai prasangka terhadap interviui, maka hasil interviu sudah tidak obyektif lagi.

5. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam interviu

Agar interviu dapat mencapai hasil yang maksimal, maka perlu diperhatikan beberapa hal sebagai berikut:
a. Orang yang akan mengadakan interviu harus mempunyai latarbelakang tentang apa yang akan ditanyakan. Hal-hal yang akan ditanyakan harus dipersiapkan sebaik-baiknya agar interviu dapat berjalan sistematis dan lancar.
b. Interviuer harus menjelaskan maksud dan tujuan interviu tersebut.
c. Dalam proses interviu harus dijaga agar selalu ada hubungan yang baik antara interviuer dengan interviui. Hubungan baik ini akan memberikan sumbangan yang besar terhadap proses dan hasil interviu.
d. Interviuer harus dapat dipercaya, terutama dalam proses konseling, pembimbing harus dapat menjaga kerahasiaan klien.
e. Pertanyaan yang diajukan hendaknya diajukan dengan hati-hati, teliti dan dengan kalimat yang jelas.
f. Lingkungan sekitar harus dijaga agar tidak ada hal-hal yang mengganggu jalannya interviu.
g. Bahasa yang digunakan oleh interviuer harus disesuaikan dengan kemampuan interviui.
h. Cara menyampaikan pertanyaan-pertanyaan jangan kaku, pertanyaan dapat diperluas ke pertanyaan yang berhubungan dengan pertanyaan tersebut.
i. Interviuer harus menjaga agar tidak ada waktu diam yang terlalu lama, agar tidak mematikan suasana interviu.
j. Interviuer harus melakukan kontrol dalam interviu. Kalau ada informasi yang bertentangan, maka interviuer harus minta ketegasan dari interviui tentang informasi yang benar.
k. Upayakan jangan memotong pembicaraan interviui, hal ini akan dapat mengganggu jalannya interviu.
l. Waktu pelaksanaan interviu sebenarnya tergantung pada masalah yang diungkap, namun agar tidak terlalu melelahkan kedua belah pihak, maka waktu interviu antara 30-60 menit sudah dianggap cukup. m. Hindari penonjolan ”aku” dari interviuer (Bimo Walgito, 2004).

6. Menyusun Panduan Interviu

Agar pelaksanaan interviu dapat berjalan dengan lancar, maka perlu dipersiapkan dengan cermat yaitu dalam bentuk panduan interviu. Langkah-langkah yang perlu diperhatikan dalam menyusun panduan interviu adalah sebagai berikut:
a. Tetapkan tujuan interviu, agar dalam pelaksanaan interviu jelas, sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan.
b. Susun kisi-kisi butir pertanyaan, sesuai dengan tujuan yang telah dijabarkan dalam bentuk variabel-variabel.
c. Variabel dikembangkan dalam bentuk sub variabel dan diurai menjadi indikator-indikator.
d. Susun butir pertanyaan interviu, berdasarkan indikator-indikator yang telah ditetapkan.

C. Latihan

Agar saudara dapat memahami dalam mempraktekkan teknik interviu dengan baik, kerjakan tugas-tugas dibawah ini dengan sungguh-sungguh, dan apabila mengalami kesulitan dapat ditanyakan teman dalam kegiatan kelompok. Susun pedoman interviu, untuk mengungkap faktor penyebab kesulitan belajar siswa.
1. Pelajari referensi tentang faktor penyebab kesulitan belajar siswa!
2. Jabarkan dalam indikator-indikator kesulitan belajar!
3. Susun kisi-kisi pertanyaan dalam interviu!
4. Susun butir pertanyaan dalam interviu!
5. Simulasikan dengan saudara!

D. Lembar Kegiatan

Agar saudara dapat memahami teknik interviu ini secara mendalam, hendaknya saudara melakukan hal-hal sebagai berikut:
1. Pelajari kegiatan belajar tentang interviu ini secara mendalam, kalau perlu buat catatan-catatan kecil.
2. Cermati istilah-istilah penting dalam materi interviu tersebut.
3. Berlatihlah menyusun panduan interviu, cari referensi sesuai dengan tujuan interviu.
4. Berlatihlah melaksanakan interviu, dengan menggunakan panduan yang telah disusun

E. Rangkuman

Dari materi kajian tentang interviu, dapat dirangkum secara ringkas sebagai berikut:
1. Interviu adalah metode untuk mengumpulkan data secara langsung dengan subyek sumber data.
2. Macam interviu meliputi, employment, informasional, adminstratif dan interviu konseling.
3. Bagian interviu meliputi, pendahuluan, inti dan akhir interviu.
4. Keunggulan interviu meliputi, pertanyaan lebih jelas, bahasa dapat disesuaikan, data lebih mendalam.
5. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam interviu antara lain adalah,informasikan tujuan iterviu, jaga hubungan baik, jaga rahasia interviui, ingat waktu.

F. Tes Formatif

Setelah saudara mempelajari secara keseluruhan tentang interviu cobalah beberapa pertanyaan berikut dikerjakan!
1. Mengapa interviu memerlukan waktu yang lebih lama? Jelaskan!
2. Dalam kegiatan konseling interviu merupakan metode yang utama, Beri penjelasan secukupnya!
3. Dalam menyusun panduan interviu, hal apa yang harus dikuasai oleh interviuer?

DAFTAR PUSTAKA

ABKIN. 2005. Standar Kometensi Konselor Indonesia. Bandung :
Pengurus Besar ABKIN
Aiken,L R. 1997. Psychological Testing and Assessment. (8 th edition).
Tokyo : Allyn and Bacon
…………. 1996. Rating Scales and Checlists. New York : John Wiley &
Sons, Inc.
Anastasi,A & Urbina, S. 2006. Tes Psikologi (Alih Bahasa : PT Indeks
kelompok Gramedia). Jakarta : PT Indeks
Djumhana, Anna. 1983. Metode Observasi Dalam Konseling (Kumpulan
naskah dalam : Materi dasar Pendidikan Program Bimbingan dan
Konseling di Perguruan Tinggi). Jakarta : Depdikbud, Dirjen Dikti
Elllis, C.M. 2004 . Conducting a Structured Observation (dalam
Professional School Counseling : A Handbook of Theories,
Programs & Practice ). Texas : CAPS Press.
Gibson, R.L. & Mitchell. M.H. Introduction to Counseling and Guidance
(Fourth Editiion) 1995. New Jersey : Prentice Hall

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

feeds